Selasa, 24 Juni 2008

Damai Ala Matraman

Jum’at malam (7/4), kedua kubu yang bertikai mencoba mencari jalan damai. Warga Berlan-Kemanggisan bermusyawarah dengan seterunya, warga Palmeriam-Kayu Manis-Tegalan. Dalam pertemuan itu, nampak juga Walikota Jakarta Timur, Camat Matraman, Dandim serta Kapolres Jaktim.

Entah sudah berapa kali pertemuan semacam ini dilakukan. Terakhir, pertemuan perdamaian serupa dilakukan enam bulan lalu, 24 Oktober 1999. Dan seperti yang diyakini banyak pihak, kesepakatan perdamaian tersebut tidak berlangsung lama. Buktinya, ya bentrokan yang tempo hari meletus itu. Karena banyak yang pesimis, pertemuan perdamaian semacam ini tak akan efektif.

Tapi kalau soal ii ditanyakan ke warga yang bertikai, jawabannya betul-betul enak didengar. Kedua kubu yang bertikai sama-sama optimis dengan hasil pertemuan Jum’at malam itu. ”Kita bergandengan tangan untuk merealisasikan suasana yang konduif,” tegas Trikora, tokoh masyarakar Berlan, kepada DeTAK. ”Saya senang denga hasil pertemuan ini,” timpal Cholid, warga Palmeriam, dengan senyum dikulum. Memang, pertemuan itu menghasilkan kesepakatan untuk ’gencatan senjata’. Bahkan, sempat juga dibahas rencana pembentukan Forum Persaudaraan Masyarakat Matraman, wadah untuk menampung aktifitas warga Kecamatan Matraman.

Tapi kalau soal ’gencatan senjata’, bukankah sudah sekian kali terjadi, dan sekian kali pula dilanggar? Lantas, apa solusinya? Setidaknya untuk sementara, Gubernur Sutiyoso sudah bertindak, membangun pagar pembatas di jalur hijau jalan Matraman. Harapannya, menghalangi tidankan warga yang saling menyerbu ke wilayah lawan. Efektifkah? Kalau memang warga mau perang , apa sih susahnya menghancurkan pagar pembatas?

Karena itulah, ada yang mengusulkan agar pemerintah berani mengambil solusi yang mungkin tak mengenakkan:memindahkan warga Berlan ke lokasi lain. Pertimbangan si pengusul, warga Berlan lah yang selama ini lebih agresif, suka duluan memancing bentrok denga kampung lain: Palmeriam, Tegalan, Kayumanis, Tambak. Namun, usulan ini nampaknya sulit diterima oleh gubernur. Memindah warga sekampung, tentu bukan perkara gampang.

Rusman

Telah terpublikasi di Tabloid DeTAK No. 89 Tahun ke-2, 11-17 April 2000

Tidak ada komentar: