Kamis, 11 Desember 2008

Penghitungan Cepat Sudah Saatnya!

Menyoal prokontra bisa atau tidaknya Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan akreditasi terhadap lembaga survei sesuatu yang menarik dicermati. Fenomena ini imbas dari peristiwa yang terjadi didalam pelaksanaan pilkada dibeberapa daerah. Yang paling anyar pada pelaksanaan pilkada Jatim beberapa waktu lalu, dimana lembaga survei dalam hasil surveinya memastikan pasangan Khofifah-Mudjiono sebagai pemenang. Namun, KPUD secara penghitungan manual, yang notabene penghitungan yang sah menurut UU, memenangkan Sukarwo-Saifullah Yusuf.

Terlepas dari pro kontra tersebut, penghitungan cepat saat ini sangat diperlukan untuk sebuah perhelatan pesta demokrasi. Tentu saja, penghitungan cepat yang dimaksud bukan penghitungan berdasarkan data sampling hasil pemilih seperti yang dilakukan lembaga-lembaga survei, tetapi penghitungan cepat yang berbasis data riil (riil count) dari setiap TPS-TPS.

KPU maupun KPUD sudah saatnya memanfaatkan teknologi informasi sebagai media efektif dan efisien disetiap pelaksanaan pesta demokrasi. Sehingga tujuan memberikan informasi lebih awal kepada publik terhadap hasil pelaksanaan pilkada maupun pemilu tersebut tercapai.

Sebenarnya, penghitungan cepat telah digunakan oleh beberapa KPUD didalam pelaksanaan pilkada. Pengalaman kami bersama tim misalnya, ketika berlangsung pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Tangerang pada pertengahan Januari 2008, dapat menjadi apresiasi bahwa penghitungan cepat dengan memanfaatkan teknologi informasi sangat efektif dalam memberikan informasi lebih awal kepada publik. Walaupun pada akhirnya tetap saja penghitungan suara secara manual menjadi hasil akhir yang sah.

Dalam pelaksanaannya, sistem atau aplikasi penghitungan olah cepat yang dimiliki KPUD Kabupaten Tangerang ketika itu, melakukan kerjasama dengan petugas-petugas lapangan, seperti petugas PPS dan PPK. Mereka mengirimkan data peroleh suara sementara dari tingkat TPS. Pengiriman data perolehan suara sementara oleh petugas PPS maupun PPK dari tingkat TPS yang ada (sekitar +/-4.500 TPS) dilakukan dengan menggunakan teknologi Short Massage Servis (SMS) yang secara otomatis diolah oleh sistem atau aplikasi. Sehingga tidak perlu lagi dilakukan entri data di KPUD. Pemanfaatan teknologi dengan SMS ini sangat fleksibel cepat dalam pengiriman data perolehan suara dari tingkat TPS yang ada.

Penghitungan olah cepat telah dilakukan di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Taiwan, walau mungkin teknologi pengiriman peroleh suara itu tidak dengan teknologi SMS. Namun setidaknya, apa yang dilakukan didua negara ini dapat menjadi acuan bagi KPU maupun KPUD. Agaknya, metode hitung cepat berbasis data riil (riil count) sangat diperlukan agar masyarakat tidak terlalu lama menunggu hasil pilkada maupun pemilu. Semoga saja!

Rusman
http://roeshman.blogspot.com

Jumat, 05 Desember 2008

Katanya sakti, kok bisa meninggal sih....


Sebulan lalu, Haikal pernah bertanya. Walaupun umurnya masih 5 tahun, rasa ingin tahunya akan sesuatu hal yang baru kerap kali muncul. Disuatu hari, kebetulan kami berdua melintas di depan mabes polri, depan lapangan sepakbola mabak, Blok M. Tiba-tiba anakku itu bertanya, ”ayah itu patung siapa?,” sambil menunjuk patung besar di pojok taman di Mabes Polri.

Sambil menyetir aku jelaskan padanya. ”Itu patung Gajah Mada, nak,” jelas ku singkat. Seperti tak puas, iapun bertanya lagi. ”iya..., tapi dia siapa?,” katanya seperti tidak puas. Aku pun menjelaskan kepadanya, bahwa Gajah Mada adalah orang yang menyatukan semua kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. ”Karena dulu kerajaan-kerajaan sering perang. Makanya Gajah Mada mempersatukan kerajaan-kerajaan itu supaya jangan perang lagi.” Aku jelaskan juga bahwa Gajah Mada itu kuat dan sakti. ”Haikal tadi lihat kan badan Gajah Mada itu besar?,” tanyaku. ”Iya gede banget badannya,” kata anakku lagi. Tiba-tiba Haikal bertanya lagi. ”Sekalang...Gajah Madanya dimana yah,” katanya dengan suara cadelnya. Aku jelaskan Gajah Mada sudah meninggal. Tiba-tiba Haikal minimpal penjelasku. ”Katanya sakti, kok bisa meninggal sih... yah,” tanya Haikal singkat.

Mendengar pernyataan Haikal, aku tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Sambil menjanjikan kepadanya untuk membelikan buku cerita tentang Gajah Mada. Ya, itulah dunia anak. Kadang sikap kritisnya selalu muncul secara tiba-tiba.