Selasa, 01 April 2008

Teknik Wawancara dan Investigasi

Jangan pernah membunuh pertanyaan

Jangan pernah membunuh pertanyaan.

Ia adalah benda yang rapuh.

Pertanyaan yang baik pantas untuk hidup.

Kita tidak perlu banyak menjawab sebagaimana kita berbincang dengannya.

Pertanyaan besar adalah permanen dan bakat yang diberkati dari pemikiran.

Tetapi pertanyaan yang paling besar dari segalanya adalah membangun jembatan ke dalam hati menyebut orang seutuhnya.

Tak boleh ada jawaban yang dirancang untuk membunuh pertanyaan.

Ketika kita terlalu dogmatis, atau terlalu yakin, kita menunjukkan rasa tidak hormat kepada kebenaran dan pertanyaan yang menuju kepadanya.

Dibalik jawaban saya, selalu ada yang lebih, lebih banyak cahaya yang menunggu untuk masuk dan gelombang makna yang tak ada habis-habisnya siap memecah pantai yang memperluas kebijaksanaan.

Kapan pun ada pertanyaan, biarlah dia ia hidup.

Gerhard Frost


Sebuah pengantar

Menjadi seorang wartawan adalah pekerjaan yang mengasyikan, karena dia akan bertemu dengan banyak orang, dengan banyak karakter dan ilmu yang berbeda juga. Tapi terkadang pekerjaan seorang wartawan bisa membahayakan dirinya. Contoh kasus, mungkin kita ingat kejadian yang menimpa Udin, wartawan Bernas di Yogyakarta beberapa tahun silam. Udin yang dalam tugasnya tewas dibunuh karena mengungkap sebuah kasus. Dan terakhir, seorang wartawan Belanda yang tewas mengenaskan di Timor-Timur. Lagi-lagi tewasnya karena tugas sebagai seorang jurnalis.

Untuk menjadi seorang wartawan tidak lah terlalu sulit. Hanya saja memang perlu mengetahui ilmu-ilmu dasar seputar dunia jurnalistik. Tetapi itu tidaklah menjadi hal baku yang dapat mempersulit kita untuk memulai. Jangan kita terpaku denga hal-hal yang menyulitkan. Karena seseorang cenderung malas dengan hal-hal yang menyulitkan. Kuncinya berbuat dulu, baru menilai. Ini lebih bagus, ketimbang kita tidak memulai sama sekali. Maka tidak ada kata lain yang dapat kita pakai selain kata memulai.

Dalam hal teknis, sebuah media massa mempunyai beberapa bagian penting. Ada penulis dan ada pula seorang reporter. Semuanya adalah wartawan. Tetapi fungsi dari masing-masing itu berbeda-beda. Penulis adalah pembuat tulisan yang ditampilkan menjadi berita. Sementara reporter adalah orang yang bertugas mencari informasi, data sebagai bahan-bahan berita bagi si penulis. Jadi jelas ada perbedaan dari keduanya dalam hal bekerja. Tapi secara tim, kerjasama antar keduanya adalah mutlak diperlukan.

Seorang reporter adalah ujung tombak untuk sebuah media massa. Tanpa reporter tidak lah mungkin berita dapat ditulis. Lalu, makhluk apa sebenarnya reporter itu, sampai-sampai menjadi penting dalam sebuah institusi media massa?

Reporter adalah orang yang mencari informasi, data-data dan fakta-faktanya. Informasi, data dan fakta-fakta didapat dari berbagai sumber dilapangan. Dengan informasi, data dan fakta-fakta itulah berita dapat dibuat. Jadi, jelas sudah bahwa seorang reporter mempunyai peran yang sangat penting.

Lantas, apa yang dilakukan, dimana seharusnya dia berada, dari siapa informasi, data dan fakta-fakta itu didapat, serta bagaimana seorang reporter itu bertugas dalam kesehariannya. Memang bila dirunut dari awal terlalu banyak yang bisa kita bahas bila menjawab itu. Tapi, secara sederhana dapatlah kita katakan bahwa yang dilakukan oleh seorang reporter adalah mencari, menggali dan melaporkan informasi, data dan fakta yang kita dapat dilapangan.

Untuk hal ini, maka yang perlu diperhatikan oleh seorang reporter adalah:

  1. Keakuratan.
  2. Aktual.
  3. Sejelas mungkin atau selengkap mungkin.
  4. Ada unsur perimbangan.
  5. Dan lain-lain.

Kedua, dimana sebenarnya seorang reporter berada. Seorang reporter harus berada dititik-titik informasi. Untuk menjadi seorang reporter di perlukan kejelian baik itu telinga, mata dan ingatan kita.

Ketiga, informasi dan data itu didapat dari sumber-sumber yang kita anggap perlu. Tergantung dari apa yang kita inginkan. Oleh sebab itu tugas reporter adalah bertanya dan terus bertanya, sampai selengkap-lengkapnya.


Keempat, bagaimana seorang reporter itu bertugas dalam kesehariannya. Tidak ada keinginan lain di kepala seorang reporter selain mendapatkan informasi, data untuk di jadikan berita. Oleh karenannya asah terus keingin-tahuan terhadap sesuatu yang kita lihat, dengar dan kita rasakan. Catatlah apa yang dinilai penting untuk dicatat. Jangan lewatkan sedikit pun dari apa yang kita lihat, dengar dan kita rasakan itu. Prinsipnya 5 W, 1 H.


Teknik Wawancara

Terlalu formil bila apa yang akan kita lakukan selalu menggunakan teknik. Bagi saya teknik adalah sebuah aturan yang membelenggu. Tapi tak ada salahnya kita mengetahui sekedarnya saja.

Dalam wawancara yang terpenting adalah menggunakan komunikasi yang baik. Tanpa adanya komunikasi yang baik, jangan harapkan kita mendapat informasi atau jawaban yang baik juga. Yang terpenting siapkan diri kita dengan beberapa hal yang sederhana. Hal-hal yang saya maksud diatas antara lain:

  1. Sebelum kita melakukan wawancara, usahakan membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu. Ini penting dilakukan agar mempermudah kita dalam wawancara. Terkadang saking asyiknya kita mewawancarai nara sumber, kita lupa bahwa pertanyaan kita menyimpang dari tema yang kita inginkan.
  2. Posisikan diri kita sejajar dengan nara sumber yang akan kita wawancarai. Untuk itu kita harus benar-benar memahami pertanyaannya kita. Singkatnya, kita perlu percaya diri.Lebih baik kita cari tahu karakter dari nara sumber kita. Ini sangat penting supaya kita mengetahui bagaimana dan siapa sebenarnya nara sumber kita.
  3. Gunakan bahasa yang sederhana dan sejelas mungkin.
  4. Jangan biarkan pertanyaan kita "terbunuh". Prinsip-prinsipnya terus bertanya dan bertanya. Kalau jawaban nara sumber kurang jelas tanyakan kembali sampai sejelas-jelasnya. Itu lebih baik ketimbang kita kebingungan.
  5. Siapkan alat-alat bantu seperti bollpoint, bloc note (secarik kertas). Ini adalah hal teknis sekali, tapi ini menjadi penting bila ini kita siapkan.


Investigasi

Tidaklah semua informasi, data dan fakta kita dapatkan dengan mudah. Untuk mencari informasi, data dan fakta yang sulit dan khusus membutuhkan kerja ekstra. Kerja ekstra disini adalah melakukan obeservasi atau investigasi langsung ke lapangan. Lantas, apa itu investigasi?

Investigasi secara pemahaman sederhana adalah pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan, keberanian, keuletan dan keyakinan dalam menggali informasi yang khusus. Demi upaya menggali informasi yang selengkap-lengkapnya, tak jarang seorang wartawan melakukan observasi langsung guna mengadakan penyelidikan fakta dan sumber-sumber yang diperkirakan dapat memperkaya informasi. Berdasarkan hal inilah, maka seorang pakar jurnalistik pernah mengatakan bahwa "pekerjaan seorang wartawan itu sebenarnya separuh detektif separuh diplomat" (James Gordon Bennet, pendiri The New York Herald).

Berdasarkan caranya memperoleh informasi melalui observasi ataupun investigasi inilah maka muncul istilah teknik penulisan reportase ini yaitu "Investigative Reporting". Untuk mendapatkan informasi yang sangat penting atau khusus itu dibutuhkan ketrampilan khusus pula. Kadang-kadang kita dipaksakan untuk menyamar menjadi sesuatu, tergantung informasi apa yang akan kita inginkan.

Rusman

Disampaikan dalam kegiatan latihan dasar jurnalistik, Himpunan Mahasiswa Islam komisariat FE Universitas Gunadarma. Depok 5-6 Novemver 1999.




Tidak ada komentar: