Minggu, 06 Maret 2011

Membentuk Kekuatan Baru Selain PBB Diperlukan Guna Menekan Israel

Penulis : Tim Global Future Institute

Membentuk kekuatan baru selain Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) guna menekan Israel membuka blokade atas Gaza, rupanya diperlukan. Demikian pendapat dari pembaca laman theglobal-review.com atas polling yang diselenggarakan selama kurun waktu 4 bulan.

Dari 781 total responden, sebanyak 624 responden memilih sikap Sangat Perlu untuk membentuk kekuatan baru selain PBB guna menekan Israel membuka blokade atas Gaza. Sebanyak 74 responden menyatakan Perlu, 72 reposden menyatakan Tidak Perlu dan 11 responden menyatakan Tidak Tahu.

Munculnya ide atas tema yang digulirkan oleh Global Future Institute (GFI) tidak terlepas dari perkembangan konflik antara Palestina dan Israel yang tak kunjung berakhir.

Sementara, dalam acara diskusi terbatas yang dilaksanakan Global Future Institute diakhir tutup tahun, para peserta diskusi menilai PBB menjadi lembaga yang mandul dalam menyelesaikan konflik antara Palestina dan Israel. Peserta diskusi menganggap PBB jelas-jelas memihak negara Israel.

Perkembangan perjalanan konflik antara Israel dan Palestina ini memunculkan simpati dunia internasional. Tak kecuali para aktivis perdamaian Internasional dengan berusaha mengirimkan sukarelawan ke Gaza melalui jalur laut dengan sebuah kapal Turki bernama Mavi Marmara.

Namun, apa yang dilakukan para aktivis ini malah mendapat serangan mematikan dari pasukan tentara Israel. Korban pun berjatuhan dan bantuanpun gagal sampai ke Gaza.

Berdasarkan catatan GFI, setelah penyerbuan dramatis pasukan Israel yang menewaskan sembilan aktivis Turki rupanya tidak menyurutkan simpati terhadap penderitaan bangsa Palestina. Berbagai gelombang simpati terus berdatangan untuk mendukung bangsa Palestina. Usaha bantuan untuk menembus Gaza terus dilakukan, walaupun terlalu sulit menembus wilayah tersebut guna menyampaikan bantuan kemanusiaan bagi warga di Gaza.

Seperti diketahui konflik Palestina masih menjadi perhatian dunia hingga kini. Berbagai forum internasional kerap dilakukan, namun konflik terus saja terjadi. Israel masih terus melancarkan serangan dan teror ke Jalur Gaza. Korban di pihak Palestina terus berjatuhan.

Melihat hal ini PBB terkesan hanya diam saja. Sekali-kali PBB melalui Sekjennya tampil dengan bahasa diplomasi retorika yang tidak berguna.

PBB sebenarnya memiliki andil besar sebagai "mediator" yang handal dalam penyelesaian konflik termasuk di Palestina ini.

Dalam sejarahnya, penyelesaian konflik Palestina dan Israel (simak tulisan "Tabel Sejarah Palestina" yang disajikan Dina Y. Sulaeman) PBB justru lebih menganak-emaskan Israel.

Sampai di pengujung 2010, dukungan terhadap Palestina terus mengalir. Sayangnya, dukungan itu datang sendiri-sendiri baik itu dari kepala negara maupun LSM Internasional.

Agaknya perlu ada satu solidaritas yang kokoh diantara negara-negara dalam memperjuangkan nasib bangsa Palestina menjadi negara yang bebas dari penjajahan Israel. Kekuatan Baru yang dimaksud tentu saja menjadi kekuatan riil dalam membebaskan bangsa Palestina dari penjajahan Zionis Israel. Semoga saja. (GFI)

Tidak ada komentar: