Kamis, 06 Agustus 2009

Mbah Surip, antara Perjuangan dan Kepolosannya

Kepergian Mbah Surip menghadap Sang Pencipta, Selasa (4/8) membuat banyak orang sedih. Betapa tidak, disaat-saat karirnya sedang menanjak, seniman bergaya Reggae ala Bob Marley ini meninggalkan dunia untuk selamanya. Perjuangan dan ketekunannya menjadi insiprasi oleh banyak orang. Terutama oleh para seniman musik di tanah air.

Gayanya terbilang sederhana. Dengan rambut gimbal, Mbah Surip selalu tampil apa adanya. Jauh sebelum dirinya ngetop-pun, ciri khasnya selalu seperti itu. Tidak ada yang berubah. Low profile dan selalu menghibur.

Bila dibandingkan dengan seniman musik lainnya, Mbah Surip terbilang sangat beruntung. Keberhasilannya menjadi seniman musik yang fenomenal tentu melalui proses panjang. Perjuangan, ketekunan dan kesabaran merupakan modal dirinya meraih sukses.

Lewat tembang bertajuk Tak Gendong, Mbah Surip berhasil menarik perhatian publik di tanah air. Mungkin karena syair lagu Tak Gendong terasa menghibur dan ”tidak njilmet, ” membuat publik terpokat. Tak heran sejak dilirisnya lagu Tak Gendong, di pasar, di mal, di kantor, di halte bus, di sekolah, lirik lagunya ini kerap terdengar. "Where are you going? Ok I`m. Where are you going? Ok my darling Ha...Ha...."

Mengenang Mbah Surip

Pengalaman hidupnya luar biasa. Mbah Surip bukan siapa-siapa, awalnya ia hanya seorang seniman jalanan. Seperti seniman jalanan lainnya, pria asal Mojokerto, Jawa Timur ini selalu mengais rejeki dari tenda ke tenda, dari warung satu ke warung yang lain.

Lagunya membawa pesan perdamaian lewat aliran Reggae yang diusungnya. "Reggae itu kan musik perdamaian, jadi damai terus," ujar Mbah Surip saat-saat awal lagunya booming.

Mbah Surip terlahir dengan nama Urip Ariyanto di Mojokerto, pada 6 Mei 1949. Mbah Surip menjadi pengamen sejak tahun 1989 menggelandang dan mengamen di Bulungan, di Kawasan Blok M.

Berdasarkan situs ensiklopedia bebas Wikipedia, Mbah Surip pernah mendapatkan penghargaan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori menyanyi terlama. Ia pernah ikut membintangi beberapa film dan beberapa kali pula tampil di televisi.

Berbagai macam profesi sempat di lakoninya, mulai pekerjaan di bidang pengeboran minyak dan tambang berlian. Mbah Surip yang memiliki gelar doktorandus, insinyur, dan MBA ini sempat mengadu nasib di luar negeri seperti Kanada, Texas, Jordania, dan California.

Mbah Surip telah mengeluarkan beberapa album musik. Album rekamannya dimulai dari tahun 1997 diantaranya, Ijo Royo-royo (1997), Indonesia I (1998), Reformasi (1998), Tak Gendong (2003), dan barang Baru (2004).

Konon, lagu Tak Gendong diciptakan pada tahun 1983 saat Mbah Surip bekerja di Amerika Serikat. Mbah Surip kini telah tiada. Di usia 60, ia kembali kepada kepada Sang Khalik. Keteguhan, perjuangan dan sikap humornya serta tawa lepasnya terasa masih tergiang di ingatan.

Selamat jalan Mbah Surip kami. Doa kami dari orang-orang yang menggemari lagu-lagumu.

Rusman
Tulisan ini sebelumnya telah dipublikasikan di http://www.theglobal-review.com

Tidak ada komentar: